OPINI WARGA SMAN 1 LABUAPI

Akibat Zonasi : Sekolah Karena Gengsi Dan

Mengubah Alamat KK Demi Sekolah Favorit Apakah Worthit?

(Adnia Aulia R.-SMAN 1 Labuapi)

 Sistem zonasi adalah salah satu cara dari pemerintah untuk menyeleksi peserta didik. Dengan adanya sistem itu, pemerintah mengharapkan meratanya siswa di seluruh sekolah Indonesia tanpa adanya sekolah favorit. Walaupun tujuan dari pemerintah itu sangat mulia, seperti menghilangkan kesenjangan dari sekolah favorit dengan sekolah yang tidak favorit. Namun sepertinya mereka tidak mempertimbangkan dampak buruk di masa depan yang akan di akibatkan oleh sistem ini. Sistem ini memiliki beberapa dampak buruk, seperti cuci raport, beli kursi, menggunakan jalur orang dalam, dan sebagainya.

 Mengubah alamat KK juga menjadi salah satu cara mereka (peserta didik) untuk masuk ke dalam sekolah favorit. Alasannya karena rumah mereka jauh dan berada di luar batas zonasi sekolah yang mereka tuju.

 Saya dan beberapa teman saya sudah pernah mendiskusikan tentang perihal mengubah alamat KK agar dapat masuk ke sekolah yang di inginkan saat duduk di kelas 9. Menurut kami, mengubah KK itu adalah hal yang tidak wajar. Karena mereka menumpang pada orang lain yang berada dalam batas wilayah zonasi itu sendiri. Tetapi menurut beberapa teman yang lain, mereka beralasan selain karena gengsi dan malu, mereka juga di tuntut oleh orang tua mereka untuk masuk sana. Dengan demikian diskusi kami masih berlanjut hingga terpecah menjadi dua kubu, kubu setuju untuk pindah KK demi sekolah dan kubu menolak pindah KK hanya demi sebuah sekolah yang di anggap favorit. Namun diskusi terpaksa berhenti karena bel pulang sudah berbunyi.

 Kemarin malam saya dan salah satu seorang teman kembali mendiskusikan perihal mengganti KK demi sebuah sekolah impian mencuat ke permukaan lagi. Karena kejadian tentang kecurangan siswa seperti ini selalu muncul setiap tahun ajaran baru dimulai. Menurut kami yang bersekolah sesuai dengan zonasi, mereka yang rela-rela mengubah alamat KK sangat keterlaluan. Karena dengan banyaknya peserta didik yang mengubah KK demi sekolah favorit, membuat banyak sekolah yang kekurangan siswa dan berujung di abaikan oleh pemerintah. Tetapi dengan demikian membuat sekolah yang dianggap favorit mengalami lonjakan peserta didik yang mendaftar ke sekolah mereka. Apalagi saat pandemik terjadi membuat segalanya di lakukan dari rumah. Membuat banyak peluang dari calon peserta didik berbuat curang tentang daerah tempat tinggal mereka. Kami berdua cukup muak tentang sistem zonasi yang semakin lama membuat banyak calon peserta berbuat curang, entah karena kekuasaan orang tua mereka atau keinginan dan gengsi mereka terhadap sesama teman sebayanya. Menurut kami, bersekolah di mana pun itu sama saja, sama-sama belajar mengenai segalanya. Bahkan terkadang sebuah sekolah yang memiliki tenaga pengajar yang bagus dan terpelajar kalah oleh sekolah yang terkenal favorit hanya karena gengsi siswanya. Terkadang mereka mendaftar di sekolah yang dianggap favorit dan bergengsi meskipun kemampuan dan kapasitas otak mereka bukan berada di level target sekolah itu. Hal menyebalkan yang juga dampak dari perilaku ini adalah siswa bisa mendaftar di banyak sekolah favorit dan membuat banyak peserta didik lainnya tidak dapat mendaftar dikarenakan oleh penuhnya kuota pendaftaran di sekolah tujuan. Semuanya hanya tentang gengsi para peserta didik saja.

Selain pindah KK, membeli kursi juga sering menjadi alternatif bagi mereka yang ingin masuk ke dalam sekolah favorit tetapi gagal melalui tes tulis dan juga nilai raport. Walaupun KK mereka masuk ke dalam wilayah zonasi sekolah favorit belum tentu mereka akan di terima. Karena banyaknya pesaing yang sangat berat. Biasanya hal ini terjadi karena oknum-oknum nakal yang serakah. Oknum-oknum tersebut bisa menjual kursi yang sudah di miliki oleh seseorang, mereka melakukannya karena merasa gaji mereka itu sangat kurang. Biasanya sebuah kursi seperti itu bisa di jual dengan kisaran 10 juta ke atas. Mungkin bagi kita yang kaum mendang-mending harga segitu sudah sangat mahal hanya untuk sebuah kursi di kelas. Tetapi tidak bagi orang-orang yang mementingkan citra dan gengsi mereka sendiri.

Selain dua di atas, ada satu lagi cara licik dan curang seseorang hanya demi masuk di sekolah bergengsi, yaitu dengan cara suap dan orang dalam. Biasanya cara ini peluang untuk berhasil masuk ke sekolah tersebut hanya 50:50. Karena disini yang berbicara hanya uang dan jabatan saja. Biasanya semakin tinggi jabatan orang tuanya maka semakin mudah untuk masuk ke sekolah favorit. Tetapi cara ini sangat-sangat berisiko, karena sekali ketahuan maka semuanya akan terbongkar. Cara yang satu ini biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang sangat profesional dalam pekerjaan ini.

Pernah beberapa waktu yang lalu saya berdiskusi dengan sepupu saya mengenai pencucian raport. Setelah kami cari lebih dalam mengenai kasus yang satu ini. Salah satu akar penyebabnya adalah karena sistem zonasi. Menurut yang kami berdua baca, sebenarnya hal ini juga di pengaruhi oleh gengsi oknum pejabat yang anaknya memiliki nilai yang sangat buruk tetapi ingin masuk ke sekolah favorit. Hal ini dilakukan demi sebuah citra di masyarakat luas. Ini menyebabkan banyak anak-anak yang kurang mampu tetapi cerdas kalah bersaing demi mendapatkan sekolah impian. Dan fakta mengejutkannya di Lampung ini adalah hal yang lumrah, karena sudah terjadi sejak dulu.

Terkadang kami merasa kasihan dan sangat menyayangkan hal yang terjadi pada peserta didik yang ingin sungguh-sungguh masuk sekolah tersebut karena kemampuan dan juga demi mendapatkan fasilitas untuk belajar yang layak, tapi malah tersingkirkan oleh orang yang hanya mementingkan gengsi.

 Kami merasa bahwa pemerintah harus segera membenahi sistem untuk penerimaan siswa/peserta didik untuk mencegah hal seperti ini terjadi terus menerus hingga generasi selanjutnya. Mungkin dengan cara meninjau kembali semua sistem yang di gunakan dan juga melakukan evaluasi tentang semua yang telah terjadi karena sistem zonasi ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *